Dosen pembimbing :
Disusun Oleh :
Irma Afianti (08)
AKADEMI
KEBIDANAN SAKINAH
JL.CITARUM SUKO JOGOYUDAN
LUMAJANG
2012/2013
BUDAYA DI LINGKUNGAN PESANTREN
1.
Narasumber
pertama.
Nama
narasumber: H. Ali Hamid, SP.
1) Latar
Belakang dan Sejarah Berdirinya Pesantren.
Menurut
cerita yang telah disampaikan oleh H. Ali Hamid, SP. tentang bagaimana sejarah
dan latar belakang berdirinya pesantren yaitu pesantren pertama kali didirikan
di daerah Gambiran oleh seorang pemuda pengembara bernama Abror. Abror ini
berasal dari Jawa Tengah tepatnya di kota Semarang. Beliau sangat ingin
mengembara untuk menyebarkan agama islam. Akhirnya beliau sampai di Jawa Timur,
yaitu di kota Pasuruan. Dari sejarah perjalanan beliaulah di jawa timur
terdapat pesantren dan menurut penelitian, pertama kali terdapat pesantren
yaitu di kota Lumajang tepatnya di daerah Gambiran dan sekarang pondok
pesantren itu bernama Al Ghozali. Nama Al Ghozali sendiri merupakan nama dari
putra Abror tadi yang merupakan pelopor pendirinya pesantren di Jawa Timur.
Pesantren pertama kali dibangun oleh Kyai Abror pada tahun 1975. Dan kemudian
setelah Kyai Abror tidak mampu memimpin pesantrennya, beliau mewariskan
kepemimpinannya kepada putera pertamanya yaitu Ghozali Abror, sedangkan putera
keduanya yang bernama Habibul Abror diambil menantu oleh Habib Sholeh, dan
kemudian memimpin pondok pesantren yang diwarisi oleh mertuanya Habib Sholeh.
Pesantren-pesantren
yang ada di setiap daerah ternyata satu sama lain saling berhubungan, hal itu
dikarenakan ternyata semua pelopor pendirinya merupakan kerabat dekat dan ada
ikatan antara mereka semua. Selain kedekatan berasal dari hubungan keluarga,
hubungan itu juga berasal dari tali silaturrahmi melalui pernikahan.
2) Kultur
yang ada di pesantren.
Tradisi
yang ada di pesantren sebenarnya sangat banyak, tetapi yang sangat sering
diperingati oleh pesantren adalah sebagai berikut:
v Acara
Maulud nabi Muhammad SAW, biasanya acaranya diperingati dengan mengadakan acara
pengajian, yang dihadiri oleh para santri, pengurus pesantren, dan Kyai yang
memimpin pesantren.
v Acara
Haul, acara memperingati meninggalnya seorang bisa almarhum para Kyai dan Umi,
acaranya dengan mengadakan tahlil dan doa bersama yang dilakukan oleh para santri.
3) Pengaruh globalisasi dan perkembangan IPTEK
terhadap pesantren.
Tidak
dapat dipungkiri dengan adanya kemajuan IPTEK dan globalisasi akan mempengaruhi
kehidupan pesantren. Lingkungan pesantren yang sangat islami dan penuh dengan
kedisiplinan akan terganggu dengan adanya kemajuan IPTEK, dimana IPTEK yang
sangat canggih akan merubah pengetahuan para santri yang menuntut ilmu di
pesantren. Mereka yang awalnya sangat patuh terhadap semua aturan pesantren
bisa saja berubah setelah mereka mengenal adanya IPTEK, terutama adanya
internet. Dengan internet kita dapat mengetahui apa saja yang ingin kita
ketahui, sedangkan para santri pesantren yang kolot akan pergaulan akan sangat
mudah terpengaruh terhadap adanya internet. Rasa keingin tahuan mereka yang
sangat tinggi bisa mempengaruhi mereka dan mendorong mereka untuk
menyalahgunakan adanya teknologi internet dan akhirnya terjadi degenerasi moral
terhadap para santri.
Adanya
IPTEK sebagai wujud perkembangan teknologi saat ini tidak dapat ditolak oleh
pesantren. Tentu itu merupakan hal yang sangat sulit, oleh karena itu pesantren
mencoba menfilter dan merubah efek-efek negatif dari kemajuan IPTEK menjadi
efek positif. Pesantren berusaha menerapkan usaha-usaha filter itu seperti:
v Memperbolehkan
para santri membawa HP atau LAPTOP dengan sarat, alat-alat itu dititipkan
kepada pengurus pesantren, jika akan menggunakan alat-alat itu harus ijin dan
tidak boleh dibawa ke dalam kamar, dan setelah selesai harus dititipkan
kembali.
v Melakukan
razia secara mendadak kepada para santri di pondok pesantren untuk mengetahui
apakah ada dari para santri yang melanggar aturan dengan membawa LAPTOP atau HP
tanpa izin dari pengurus pesantren. Tujuannya supaya santri merasa takut dan
akan merasa jerah jika mereka melanggar aturan pesantren.
v Mengambil
metode terbaru dalam menerapkan teknik pengajaran, supaya pengetahuan para
santri selalu update dan tidak ketinggalan zaman.
4) Pengaruh
pesantren terhadap masyarakat.
Adanya
pesantren tentu akan membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, misalnya
saja masyarakat yang tinggal di dekat pesantren mereka akan cenderung mengerti
dan tahu banyak tentang ajaran-ajaran islam dibandingkan dengan masyarakat yang
jauh dari lingkungan pesantren. Selain itu masyarakat akan cenderung mengikuti
ajaran-ajaran dan juga tradisi yang dilakukan oleh pesantren.
2.
Narasumber
kedua.
Nama
narasumber : Ghofur
Umur : 18 tahun
Status : santri Alliyyah di
pondok pesantren Rohmaniyyah
1) Latar
Belakang menjadi santri di pondok pesantren.
Ghofur menjadi santri di pondok
pesantren Rohmaniyyah sudah 5 tahun. Dia mengatakan alasannya masuk pesantren
karena ada keinginan diri sendiri dan kebetulan orang tuanya juga mendukung.
Dia sangat menyukai lingkungan pesantren, baginya lingkungan pesantren itu
seru, dia bisa mendapatkan banyak teman, mendapatkan banyak ilmu, karena di
pesantren tidak hanya diajarkan tentang ilmu agama, tetapi juga ilmu
pengetahuan umum, selain itu dia juga merasa dirinya berubah menjadi lebih baik
dari sebelum dia masuk pesantren. Walaupun hidup di pesantren sangat
menyenangkan, dia juga tidak lupa mengunjungi orang tuanya, biasanya dia pulang
ke rumahnya setiap akhir minggu.
2) Kegiatan
pesantren.
Pesantren
mempunyai acara rutin khusus untuk para santrinya selain belajar di sekolah,
diantaranya kegiatan itu adalah:
v Mengaji
ta’lim, yaitu mengaji kitab yang dilakukan setiap malam selasa sampai malam
kamis.
v Tahlil,
dilakukan setiap malam jum’at.
Menurut
Ghofur semua kegiatan dan kewajiban yang harus dia lakukan di pesantren
mempunyai tujuan yang sangat baik untuk membentuk dirinya menjadi pribadi yang
mandiri, disiplin, serta pribadi yang mencintai Allah SWT dan nabi Muhammad
SAW.
3) Aturan-aturan
yang ada di Pesantren.
Selain
mengadakan kegiatan khusus untuk para santri, pesantren juga mempunyai
aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua santri di pesantren. Diantaranya
aturan-aturan itu adalah:
v Santri
dilarang membawa HP atau LAPTOP, kecuali atas izin pengurus pesantren dan
penggunaannya pun sangat dibatasi.
v Santri
dilarang untuk menjalin hubungan lawan jenis atau pacaran, dan apabila ada
santri yang melanggar akan ada sanksi yang tegas.
v Santri
khususnya santri putera dilarang merokok.
v Santri
dilarang memakai celana pendek.
Tentunya
aturan-aturan itu dibuat sebagai wujud unutk mencapai keberhasilan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.
Narasumber
ketiga.
Nama
narasumber : Muhammad Almusdhaqiran
Umur : 18 tahun
Status
: santri pondok
pesantren Rohmaniyyah
1) Latar
belakang menjadi santri di pondok pesantren.
Almusdhaqiran
menjadi santri di pondok pesantren, berlatar belakang atas keinginannya
sendiri. Dia berkeinginan masuk pesantren sejak masih kecil namun saat itu
orang tuanya masih melarangnya karena usianya yang terlalu kecil. Dan setelah
lulus dari sebuah sekolah dasar dia langsung masuk pesantren yaitu pesantren rohmaniyyah.
Dia berkeinginan masuk pesantren untuk mencari barokah. Sedangkan alasan
mengapa ingin masuk pesantren karena dia ingin menjadi lebih baik dari
sebelumnya, menjadi mandiri, dan mengerti diri sendiri. Pesantren Rohmaniyyah
merupakan pondok pesantren wiritan, bukan pondok pesantren kitab.
2) Acara
hiburan yang ada di pondok Pesantren.
Selain
kegiatan dan pembelajaran wajib yang harus dikerjakan oleh para santri, ada
pula acara hiburan yang ada di pondok pesantren. Acara itu juga merupakan acara
tahunan yang selalu diadakan. Kegiatan-kegiatan itu, diantaranya:
v Haul.
v Pengajian,
untuk peringatan hari-hari besar islam.
v Lomba
mendekor kamar, kamar mana yang paling bagus akan menjadi pemenangnya.
v Pemilihan
miss Rohmaniyyah setiap tahunnya.
Acara-acara
itu tentu menjadi hiburan untuk para santri, sehingga santri tidak hanya
mendapat pengetahuan, tetapi juga mendapat hiburan yang bersifat positif.
3) Pengaruh lingkungan
pesantren terhadap diri sendiri.
Almusdhaqiron
mengatakan bahwa pengaruh di lingkungan pesantren sangat besar terhadapnya,
pesantren telah membuatnya menjadi lebih baik, menjadi lebih mandiri , banyak
ilmu yang didapat, selain itu mendapat pengalaman yang banyak. Menurutnya hidup
di pesantren sangat menyenangkan, mendapat banyak teman dan hubungan antara
satu santri dengan santri lainnya sudah layaknya keluarga, mereka tinggal di
tempat yang sama, tidur makan bersama, dan itu yang membuat dia semakin betah
menjadi santri di pesantren.
0 komentar:
Post a Comment