BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tidak lengkap rasanya sebuah
keluarga tanpa kehadiran seorang anak. Celoteh, tangis, kemanjaan, dan
kerewelan seorang anak bahkan adalah lantunan kehidupan yang mampu menggelorakan cinta dan semangat hidup
keduaorang tuanya. Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah meneruskan keturunan? Apalagi bila buah hati
yang dinanti adalah generasi yang diharapkan kelak bisa dididik menjadi seorang
hamba Allah yang shalih. Anak adalah salah satu nikmat dari Allah. Maka, saat
sang buah hati yang dinanti belum juga dikaruniakan oleh-Nya, hendaklah
sepasang suami-istri tetapber-husnuzhon (berprasangka baik) dan ridha akan
ketetapan Rabb-nya. Meski demikian, baik suami maupun istri hendaknya tetap
terus berusaha dan berdoa. Bukan hanya sekedar doa memohon kehadiran seorang anak, tetapi
kehadiran anak-anak yang shalih dan shalihah. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dari segi
kesehatan. Bisa jadi ada sebab atau penyakit tertentu yang menyebabkan suami-istri
tersebut sulit memiliki keturunan. Istilah yang mungkin sering kita dengar
adalah “infertilitas”. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan infertilitas?
1.2 Tujuan Umum
Untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman kita tentang proses infertilitas dan
penannggulangannya.
1.3 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam
penyusunan laporan ini adalah:
Ø Mengetahui arti
infertilitas dan penyebabnya
Ø Mengetahui macam2
infertilitas
Ø Mengetahui penanggulangan infertilitas
1.4
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
Infertilitas?
2. Apa saja macam2
Infertilitas?
3. Apa saja penyebab infertilitas?
4. Bagaimana cara
pengobatannya?
BAB II
Tinjauan Teori
2.1
Pengertian Infertilitas
Infertilitas adalah seorang
istri tidak hamil dalam waktu 1 tahun setelah menikah
tanpa mempraktikkan kontrasepsi apapun.
2.2 Macam-Macam Infertilitas
·
Infertilitas primer adalah seorang istri belum pernah hamil meskipun sudah
melakukan hubungan suami istri dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama
12 bulan.
·
Infertilitas sekunder adalah istri pernah hamil, akan tetapi kemungkinan
tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan pada
kemungkinan hamil selama 12 bulan
2.3 Penyebab
Infertilitas
1. Infertilitas Disengaja
a. Oleh Suami
1) Coitus interuptus adalah metode kontrasepsi tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
2) Kondom
adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari bahan lateks (karet),
plastic (vinil), bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
hubungan seksual.
3) Sterilisasi
(vasektomi) adalah suatu metode kontrasepsi
minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu
operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.
b. Oleh Istri
1) Pantang berkala adalah menghindari senggama saatmasa subur yang ditentukan
dengan masa haid.
2) Cara kimiawi
adalah penggunaan bahan kimiawi untuk mononaktifkan atau membunuh sperma,bahan kimia ini dikemas dalam bentuk
salep ataupun tablet.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal adalah penggunaan hormon esterogen dan
progesterone di dalam tubuh untuk mencegah bertemunya sel ovum dan sel sperma.
4)
Sterilisasi (tubektomi) adalah oklusi tuba
sehingga spermatozoa dan ovum tidak
dapat bertemu.
2. Infertilitas
Tidak Disengaja
a. Sebab-sebab
pada suami
1) Gangguaan
spermatogenesis (aspermia, hyposspermia, necrospermia) : karena penyakit testis
ataupun kelainan endokrin.
2) Kelainan
mekanisme sehingga sperma tidak dikeluarkan kedalm puncak vagina, misalnya
impotensi, ejakulatio praecox, penutupan duktus deferens, hypospadia, phymosis.
b. Sebab-sebab
pada istri
1)
Gangguan ovulasi missal kelainan ovarium atau
gangguan hormonal
2) Kelainan mekanis yang mengalami penbuahan seperti kelainan tuba, endometriosis,
stenosis, kanalis cervikalis atau hymen, fluor albus.
Kemandulan yang disebabkan oleh istri : 40 – 50 %
Kemandulan yang disebabkan oleh suami : 35 -40 %
Sebab tidak jelas : 10 -20 %
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara
lain:
1. Umur
2. Lama
infertilitas
3. Stress
4. Lingkungan
5. Hubungan
seksual
6. Kondisi
reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
7. Kondisi
reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas
Berikut penjelasannya:
(1) Umur
Kemampuan
reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan
cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa
sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk
hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase
pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang
ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan
munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya
rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas
wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat
haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pada fase
reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche
sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan
satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400
kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun
drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat
keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur
habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi.
Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau
USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.
(2) Lama
Infertilitas
Berdasarkan laporan
klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah
infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit
pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan
yang sesuai dengan pasangan tersebut.
(3) Stress
Stres memicu
pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon
reproduksi.
(4)
Lingkungan
Paparan
terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon,
pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional
(rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein
terkandung dalam kopi dan teh.
(5) Hubungan
Seksual
Penyebab
infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi,
dan melakukannya tidak pada masa subur.
(6)
Frekuensi
Hubungan
intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan
setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang
dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi
sperma dalam jumlah cukup dan matang.
(7) Posisi
Infertilitas
dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan
frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi
adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang
nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita.
Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi
(disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal
dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan,
di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan,
setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam
bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu
sel telur.
(8) Masa
Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan
seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi
bila sel telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel
telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung
telur dalam setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di
saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut
disebut masa subur.
1.4 Pemeriksaan Yang Utama
1. Pemeriksaan ovulasi
a. Terjadinya
ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan, antara lain:
1) Pencatatan sehe basal dalm suatu kurve
2) Pemeriksaan vaginal smear
3) Pemeriksaan lender servik
4) Pemeriksaan endometrium
5) Pemeriksaan hormon seperti esterogen dan pregnandiol
b. Sebab-sebab
gangguan ovulasi
1)
Faktor-faktor SSP : tumor, disfungsi
hypothalamus, faktor psikogen, disfungsi hypofise.
2)
Faktor-faktor intermediate : gizi, penyakit
kronis, penyakit metabolism
3)
Faktor-faktor ovarial : tumor-tumor, disfungsi
turner syndrome.
c. Pengobatan :
Tergantung pada etilogi dapat
berupa diet, thyroid hormon, operasi. Jika terdapat dysfungsi kelenjar hypofise dapat diusahakan :
1)
Pemberian oral pil
2)
Subtitusi terapi : pemberian FSI dan LH,
chorionic gonadotropin
3)
Merangsang hipofise untuk menbuat FSH dan LH
dengan pemberian Clamiphen.
2. Pemeriksaan sperma
Sebaiknya dalam pemeriksaan
ini, sperma yang telah dikeluarkan kemudian ditampung setelah abstinensia
selama 3 hari dan diperiksa daln waktu 1 jan setelah keluar. Tujuan
dilakukannya pemeriksaan ini untuk mengtahui jumlah sperma yang normal, bentuk
serta pergerakan sperma yang normal. Eyakulate yang normal mempunyai sifat
sebagai berikut :
a. Volume
sebanyak 2-5 cc
b. Jumlah
spermatozoa 100-120 juta/cc
c. Pergerakan à 60% dari spermatozoa masih
bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan.
Sedangkan eyakulate yang tidak
normal sebanyak 25% , seorang yang fertile jumlah spermatozoanya sebanyak ≥ 60
juta/cc, pria yang subfertil jumlah
spermatozoanya sebanyak 20-6- juta/cc sedangakn pada pria yang steril jumlah
spermatozoanya sebanyak ≤ 20 juta/ccd.
Sebab – sebab infertile pada pria, antara lain :
1) Status gizi
2) Penyakit-penyakit kelainan metabolis
3) Keracunan
4) Dysfungsi hypofise
5) Kelainan traktus genetalis
e. Terapi yang dapat diberikan
Umum : hygien umum, mengurangi rokok serta minuman yang mengandung
alcohol, istirahat cukup, pengobatan penyakit kronis dan metabolis
Hormonal : testosterone,
gestyltesto, humegon.
Operatif : memperbaiki duktus deferens
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infertilitas diartikan sebagai
kekurang mampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:
·
Umur
·
Lama
infertilitas
·
Emosi
·
Lingkungan
·
Hubungan
seksual
·
Kondisi
reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
·
Kondisi
reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas
3.2 Saran
Tentu dalam laporan ini
masih banyak kekurangan-kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pihak-pihak pengajar dan juga pembaca. Penulis berharap
semoga laporan ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca.
Daftar
Pustaka
Manuaba.
2000. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Arcan.
Wiknjosastro.
2005. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin.
2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan KB. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
FK Unpad.
1990. Ginekologi. Bandung. Elstar Offset.
Mansjoer.
2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta. Media Aesculapius.
0 komentar:
Post a Comment