Kumpulan Lengkap Artikel Asuhan Kebidanan Terbaru 2023

Sejarah Dukun di Indonesia (Akademi Kebidanan)



Sejarah Dukun di Indonesia

 


Sepak terjang dukun di negara Indonesia bermula ketika VOC mengeluarkan persyaratan administrasi yang rumit untuk tenaga perawatan medis dan gaib yang ingin berpraktik di Indonesia. Akhirnya, tenaga perawat yang punya banyak duit memilih untuk praktik di Mall-Mall sehingga mereka disebut melakukan Mall-praktik. Sementara bagi yang kere dan merasa perlu menjunjung tinggi Pancasila mereka merumuskan suatu profesi yang disebut dukun
Dukun berasal dari kata dukung tetapi karena huruf 'g' sering diasosiasikan dengan 'garong' maka para calon mahasiswa yang gagal masuk STOVIA tapi tetap ingin buka praktik meresmikan kata 'dukun' untuk profesi mereka yang tanpa kenal lelah, tanpa ijazah, dan tanpa tanggung jawab tersebut.
Sesuai dengan Kurikulum 1994, jenjang pendidikan menjadi dukun dapat ditempuh dalam waktu 24784 semester untuk mendapatkan gelar dukun yang disingkat dk.. Sementara untuk memperoleh spesialisasi dukun maka lulusan dukun bisa mengambil matakuliah dukun murni, persantetan (untuk dukun santet), persalinan (untuk dukun beranak), meteorologi dan geofisika (untuk pawang hujan), dan ilmu komunikasi (untuk dukun ketik REG spasi...). Lamanya masa studi dukun membuat banyak sekali dukun yang sudah lanjut usia ketika mencapai kelulusannya, maka daripada itu banyaklah dukun yang mesti dipanggil 'Ki' karena sudah 'Aki-Aki', namun ada juga beberapa dukun yang merupakan siswa akselerasi dan diperbolehkan membuka praktik sendiri seperti kasus Ponari dan batunya.

 

 



Dukun Beranak Masih Jadi Pilihan Perempuan Keluarga Miskin Senin, 30 Juni 2008 23:32 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Hasil penelitian yang dilakukan Woman Research Institute (WRI) selama 2007 di tujuh kabupaten di Indonesia menunjukkan, hingga kini sebagian perempuan dari keluarga miskin masih memilih menggunakan jasa dukun beranak untuk membantu proses persalinan.
"Jaminan pelayanan kesehatan gratis ternyata tidak serta merta mengurangi pilihan perempuan miskin untuk ke dukun. Ini masih terjadi di beberapa daerah seperti di Lebak, Lampung Utara dan Sumba Barat," kata Direktur Penelitian WRI Edriana Noerdin saat memaparkan hasil penelitian di Jakarta, Senin.
 Menurut hasil penelitian yang dilakukan Lampung Utara (Lampung), Lebak (Banten), Indramayu (Jawa Barat), Solo (Jawa Tengah), Jembrana (Bali), Lombok Tengah (Nusa Tenggara Barat), dan Sumba Barat (Nusa Tenggara Timur), hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor yang berpengaruh, menurut Edriana, meliputi belum meratanya sosialisasi layanan kesehatan gratis, tingkat pendidikan dan pendapatan, jumlah anak, jarak rumah dan fasilitas/tenaga kesehatan serta besarnya biaya persalinan di fasilitas/tenaga kesehatan.
"Semakin rendah tingkat pendidikan dan pendapatan, pilihan persalinan semakin banyak ke dukun. Semakin banyak anak pilihan persalinan semakin banyak ke dukun. Semakin jauh dan semakin sulit jarak tempuh ke fasilitas/tenaga kesehatan, dukun menjadi alternatif pilihan utama," kata Edriana.
Apalagi, ia menambahkan, dukun lebih mudah diakses karena lebih dekat dengan masyarakat dan lebih dipercaya, pelayanannya dianggap paripurna dan pembayarannya lebih fleksibel karena kadang bisa dibayar dengan barang.
Ia menjelaskan pula bahwa menurut hasil penelitian, sebagian besar perempuan miskin memandang biaya persalinan di fasilitas/tenaga kesehatan mahal, minimal Rp300 ribu, sementara biaya persalinan di dukun beranak kurang dari Rp300 ribu.
Edriana menambahkan, kendati fasilitas dan tenaga kesehatan rata-rata cukup tersedia di semua daerah namun menurut sebagian besar perempuan miskin jarak antara tempat tinggal mereka dengan fasilitas/tenaga kesehatan cukup jauh, waktu tempuhnya lama dan biaya transportasinya mahal.
Berkenaan dengan hal itu, Direktur Bina Kesehatan Ibu Departemen Kesehatan Dr. Lukman Hendro Laksmono, MBA (HPN) menjelaskan bahwa persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan trampil memang meningkatkan resiko kematian ibu melahirkan.
Namun demikian, kata dia, dukun beranak yang seringkali dipilih ibu hamil untuk membantu persalinan secara tradisional tidak bisa langsung dihilangkan keberadaannya.
"Karena mereka telah sejak lama menjadi bagian dari tradisi dan hingga kini masih banyak dipercaya untuk membantu persalinan," katanya.
Oleh karena itu, kata Lukman, dalam kebijakannya Departemen Kesehatan juga tak hendak langsung menghapuskan peran dukun beranak dalam proses persalinan.
Pihaknya, kata Lukman, justru berupaya membangun kemitraan antara bidan dan dukun untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan. "Dalam kemitraan itu, ada pembagian tugas antara bidan dan dukun, bidan bertugas membantu keseluruhan proses kelahiran dan dukun membantu kegiatan lain di luar persalinan seperti membawa ibu hamil ke tenaga kesehatan, memandikan bayi dan yang lainnya," jelas Lukman.
Pihaknya, lanjut dia, juga memberikan pelatihan bagi dukun dan mendidik keturunan para dukun menjadi bidan.
"Profesi dukun beranak kan biasanya diturunkan, dengan mendidik keturunan mereka menjadi bidan harapannya selanjutnya tidak ada lagi keturunannya menjadi dukun," demikian Lukman.(*)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2012


Nama : Irma Afianti
Akademi Kebidanan Sakinah Lumajang Tingkat 1.






1.   Asepsis dan Antisepsis

Definisi Asepsis adalah suatu keadaan bebas hama/bakteri. Antisepsis adalah tindakan untuk membebas hamakan suatu bahan, alat ataupun ruangan untuk mencegah sepsis.

2.   Konsep Dasar Teknik Aseptik

a.       Pengertian
Aseptik berarti tidak adanya pathogen pada penyakit. Menurut Crow dalam Wina Jivika P (2007)teknik aseptik adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikro organisme. Sedangkan menurut Hinchliff dalam Dwi Handayani (2003), teknik aseptik adalah metode penjagaan yang digunakan dalam setiap tindakan yang membawa resiko masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh pasien.
b.      Jenis teknik aseptik dalam praktek keperawatan
Ada dua jenis teknik aseptik yang diterapkan dalam praktek keperawatan, yaitu Aseptik medis dan Aseptik bedah :
1)      Aseptik medis
Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme disuatu objek, serta menurunkan kemungkinan penyebaran dari mikro organisme tersebut.. Aseptik medis sangat penting untuk diterapkan saat merawat individu yang rentan terhadap infeksi baik karena penyakitnya, pembedahan atau karena immonosupresi. Selama proses keperawatan, perawat melakukan kontak dengan banyak pasien dirumah sakit, oleh karena itu perawat harus menyadari dan mengetahui akan prinsip-prinsip aseptik medis sebagai upaya untuk menghindari transfer kuman dari pasien ke perawat, dari perawat ke pasien, dari perawat ke perawat lain atau petugas kesehatan lain, serta dari satu pasien ke pasien lainnya.
Suatu objek dikatakan terkontaminasi bila objek tersebut menjadi tidak steril atau bersih. Dalam aseptik medik suatu area atau objek dikatakan terkontaminasi bila terdapat atau objek dicurigai mengandung kuman pathogen, misalnya tempat tidur (badpan) yang telah dipakai, lantai dan kasa basah yang telah dipakai. Mata rantai infeksi yang paling mudah untuk di putus adalah cara penularannya. Dalam lingkungan perawatan kesehatan lingkungan, mencuci tangan adalah merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi nosokomia. Menurut Larson dalam Dwi Handayani (2003),  Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian di bilas dibawah air mengalir. Oleh karena itu, mencuci tangan menjadi metode pencegahan dan pengendalian infeksi yang paling penting.
Tujuan mencuci tangan adalah menurunkan Bioburden (jumlah mikroorgsnisme) pada tangan  dan untuk mencegah penyebaranya ke area yamg tidak terkontaminasi. Mencuci tangan yang kurang tepat menempatkan baik pasien dan tenaga perawatan kesehatan pada resiko terhadap infeksi atau penyakit. Tenaga perawatan kesehatan  yang mencuci tangan kurang adekuat dapat memindahkan organisme-organisme seperti staphylococcus, escheria coli, pseudomonas dan klebisella secara langsung ke pada hospes yang rentan, yang menyebabkan infeksi nasokomial dan endemik disemua jenis lingkungan pasien.
Adapun teknik cuci tangan yang efektif sesuai prosedur cuci tangan menurut WHO (2007) yaitu sebagai berikut ;
a)      Dimulai cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan bersih.
b)      Menggunakan sabun cair atau sabun batangan, menggosokan sabun tersebut sampai berbusa banyak.
c)      Menggosokan ke bagian punggung tangan dengan jari tangan menjalin secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.
d)     Mengepalkan salah satu tangan dan menggosokan ke permukaan tangan lainnya dimulai dengan menggosokan buku-buku jari tangan, kuku tangan, dan ujung-ujung jari tangan secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.
e)      Memutar-mutar ibu jari tangan dengan salah satu tangan yang dilakukan secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.
f)       Membilas tangan dengan air mengalir mulai dari permukaan tangan sampai dengan sikut tangan.
g)      Mengeringkan tangan.
2)      Aseptik bedah
Aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Setelah objek menjadi tidak steril maka objek tersebut telah terkontaminasi, misalnya alat-alat perawatan luka yang telah dipakai atau tersentuh objek yang tidak steril. Pada aseptik bedah, suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika disentuh oleh setiap objek yang tidak steril. Teknik steril sering dilakukan dalam berbagai tindakan keperawatan di ruang keperawatan, seperti dalam perawatan luka operasi (mengganti balutan).
Keefektifan tindakan pencegahan luka operasi bergantung pada motivasi perawat dalam menggunakan teknik aseptik. Perawat yang bekerja dengan lingkungan yang steril atau dengan peralatan yang seteril harus mengerti bahwa kegagalan sekecil apapun dalam teknik ini mengakibatkan kontaminasi yang akan membuat pasien beresiko terkena infeksi luka operasi yang dapat menghambat proses penyembuhan ( Schaffer dkk, 2004).
Kulit yang sehat dan utuh serta memberan mukosa dapat memberikan suatu barier yang efektif terhadap mikroorganisme, tetapi jaringan yang di bawahnya merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu saat jaringan bawah kulit terbuka akibat luka karena prosedur operasi, maka untuk melindungi daerah tersebut dari mikroorganisme harus digunakan teknik steril.
Adapun prosedur-prosedur steril perawatan luka menurut Ellis, et al (1999) adalah sebagai berikut :
a.       Menata area steril
1)      Mencuci tangan.
2)      Pililah permukaan yang datar, kuat dan kering untuk menyiapkan alat steril, dengan luas kurang lebih 12x12 inci.
3)      Sebelum dilakukan sterilisasi, alat-alat dibungkus rapat agar tidak terkontaminasi , sehingga saat dibuka alat-alat yang sudah steril tersebut tidak akan terkontaminasi.
4)      Apabila ingin menambah ala-alat yang steril, tempatkan ke sisi area yang steril.
b.      Membuka bungkusan steril
1)      Mencuci tangan.
2)      Ketika membuka bungkusan steril, jangan sampai menyentuh objek yang steril atau areah yang steril.
3)      Peganglah hanya pada sisi luar penbungkusnya.
4)      Jangan membiyarkan sesuatu yang tidak steril menyentuh isi bungkusan steril.
c.       Menambahkan alat-alat ke dalam area steril
Ketika menambahkan alat-alat steril ke area steril, hal yang harus diperhatikan adalah menjaga agar tidak terjadi kontaminasi.
1)      Mencuci tangan.
2)      Membuka pembungkus tanpa menyentu area steril.
3)      Tempatkan alat-alat tersebut pada bidang yang steril dan jaga agar tangan tidak menyentu bidang steril. Bila alat-alat tersebut besar atau berat atau secara hati-hati pada bidang steril atau bisa menggunakan korentang steril .
4)      Jaga agar tangan tidak menyentu bidang steril.
d.      Menambahkan cairan ke dalam area steril
1)      Mencuci tangan.
2)      Tuangkan sedikit cairan, misalnya betadin kedalam tempat pembuangan sebelum menuangkannya kedalam wadah steril.
3)      Tuangkan cairan ke dalam wadah steril, tuangkan kira-kira 6-8 inchi di atasnya.
4)      Tuangkan secara perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya percikan.
5)      Jagalah agar tidak bersentuhan langsung dengan area steril.
e.       Menggunakan sarung tangan steril
1)      Cuci tangan secara menyeluruh.
2)      Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping.
3)      Pegang kemasan bagian dalam dan letak pada permukaan yang datar dan bersih tepat diatas ketinggian pergelangan tangan. Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada permukaan dalam pembungkus.
4)      Identifikasi tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset kurang lebih 5 cm, kenakan sarung tangan pada tangan dominan terlebih dahulu.
5)      Dengan ibu jari dan 2 jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
6)      Dengan hati-hati tarik sarung tangan pada tangan dominan, lebarkan manset dan pastikan bahwa manset tidak menggulung pada pergelangan tangan. Pastikan juga bahwa ibu jari dan jari-jari pada posisi yang tepat.
7)      Dengan tangan dominan yang telah menggunakan sarung tangan, masukan jari-jari tangan manset sarung tangan kedua.
8)      Dengan hati-hati tarik sarung tangan kedua pada tangan non dominan. Jangan biyarkan jari-jari dan ibu jari sarung tangan dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang terbuka. Pertahankan ibujari tangan non dominan abduksi ke belakang.
9)      Manakala sarung tangan kedua telah terpasang, cakupkan kedua tangan anda. Manset biasanya terlepas setelah pemasangan. Pastikan untuk hanya menyentuh bagian yang steril.
f.       Merawat luka 
Menurut David dalam Dwi Handayani (2003), perawatan luka paska bedah adalah tanggung jawab perawat bangsal. Adapun tujuan perawatan luka menurut Smith, et al dalam Wina Jivika P (2007). adalah sebagai berikut :
1)      Mengangkat jaringan mati, sehingga mendukung proses penyembuhan luka.
2)      Mencegah terjadinya infeksi pada luka
3)      Apsorbsi cairan eksudat
4)      Mempertahankan kelembaban daerah sekitar luka
5)      Melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut
6)      Melindungi daerah sekitar luka dari infeksi dan trauma
Menurut Ignatavicius, et al dalam Dwi Handayani (2003), perawatan luka paska bedah terdiri dari mengganti balutan, merawat balutan, membersihkan luka dan perawatan drain.
Perawatan luka paska bedah yang baik memberikan penyembuhan luka yang baik. Dalam hal ini yang terpenting adalah penggunaan pembalut. Pembalutan pada luka paska bedah berfungsi untuk memberikan lingkungan yang sesuai untuk penyembuhan luka, untuk menyerap drainase, untuk membebat dan mengimobilisasi luka, untuk melindungi luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanik, untuk melindungi luka dari kontaminasi bakteri dan pengotoran oleh faeses, muntahan dan urine, untuk meningkatkan hemostatis, seperti pada balutan tekanan dan untuk memberikan kenyamanan mental dan fisik bagi pasien.
3)      Teknik aseptik dalam perawatan luka operasi
Menurut David dalam Dwi Handayani (2003) dalam pelayanan keperawatan, perawatan  luka operasi adalah tanggung jawab perawat. Berikut adalah tatacara perawatan luka operasi dengan teknik aseptik.
a.       Siapkan peralatan
b.      Cek pembalut pasien
c.       Pasang peralatan
d.      Jelaskan prosedur tindakan pada pasien
e.       Cuci tangan dengan efektif, sesuai prosedur cuci tangan menurut WHO
1)      Pakai sarung tangan steril Ambil sarung tangan secara hati-hati dari wadahnya dengan menggunakan korentang.
2)      Pegang sarung tangan pertama pada bagian dalam.
3)      Masukan tangan yang tidak memegang sarung tangan dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian luar sarung tangan.
4)      Ambil sarung tangan kedua dengan tangan yang sudah terpasang sarung tangan pada bagian luar pada lipatan.
5)      Masukan tangan yang kedua tanpa terkontaminasi
6)      Atur sarung tangan yang sudah terpasang agar pas ditangan
7)      Menjaga tangan yang sudah terpasang sarung tangan steril agar tidak terkontaminasi, dan selalu berada di atas pinggang.
f.       Lepaskan  plester menggunakan pinset
g.      Buang pembalut kotor pada tempat yang telah disediakan
h.      Perhatikan luka dengan teliti untuk menandai terhadap infeksi dan penyembuhan
i.        Buka bak instrumen
j.        Siapkan larutan pembersih
k.      Jika bekerja sendiri, letakan sarung tangan steril pada tangan yang dominan, biarkan tangan yang lain bebas untuk bekerja dengan peralatan yang tidak steril
l.        Bersihkan luka. Ketika membersihkan area, selalu mulai pada daerah terbersih dan kerjakan menjauh dari area tersebut
m.    Jika ada drain, bersihkan dibawah saluran dan sekitar lokasi dengan lapisan kasa 4 x 4 Cm dan larutan pembersih
n.      Letakan beberapa kain kasa di bawah drain
o.      Letakan beberapa kasa betadin 4 x 4 Cm di atas luka dan plester
p.      Buang sarung tangan
q.      Tutup kantong plastik dan buang pada kantong isolasi bahan
r.        Cuci tangan dengan efektif.    


3.   Definisi : Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah proses atau penanganan untuk membuat perangkat, medis, atau permukaan lingkungan medis menjadi aman digunakan. Dekontaminasi aritnya adalah membuang semua materialyang tampak (debu,kotoran) pada benda,lingkungan,permukaankulit dengan menggunakan sabun, air dan gesekan.
Tujuan prosedur dekontaminasi : 
1)      Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui peralatanpasien atau permukaan lingkungan.
2)      Untuk membuang kotoran yang tampak.
3)      Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat(Mikroorganisme).
4)      Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontaklangsung dengan alat pensteril atau desinfektan
5)      Untuk melindungi personal dan pasien.Terdapat 3 tingkat desinfeksi:Desinfeksi tingkat tinggi yaitu membunuh semuaorganisme dengan perkecualian spora bakteri.

4.   Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent  atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkanmikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipemikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membranmikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant  (Pratiwi,2006)
 Tujuan
1.     Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai
2.     Mencegah peralatan cepat rusak
3.     Mencegah terjadunya infeksi silang
4.     Menjamin kebersihan alat
5.     Menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan pasien.


Cara Sterilisasi
Cara sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
  1. Terminal Sterlization (sterilisasi akhir). Menurut PDA Technical Monograph dibagi menjadi 2, yaitu:
a.       Overkill Method 
yaitu metode sterilisasi menggunakanpemanasan dengan uap panas pada suhu 121C selama 15 menit.Penggunaan metode ini biasanya dipilih untuk bahan-bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Dasar pemilihan metode ini adalah karenalebih efisien, cepat, dan aman.
b.      Bioburden Sterilitation
merupakan suatu metode sterilisasi yang dilakukan dengan monitoring terkontrol dan ketat terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas yangdipersyaratkan SAL 10 -6. Dalam metode ini digunakan suatu zat yangdapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan pada suhu yangsangat tinggi. Sebagai contoh adalah penggunaan Dextrose yang biladipanaskan dapat menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural  (HMF) yang merupakan suatu senyawa hepatotoksik.
  1. Aseptic Processing 
Metode ini merupakan metode pembuatan produk steril menggunakansaringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan bakusteril yang diformulasi dan dimasukkan kedalam kontainer steril dalamlingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telahterkontrol sedemikian hingga kontaminasi mikroba tetap berada pada levelyang dapat diterima  dalam clear zone.

Pelaksanaan
a)      Sterilisasi dengan cara rebus
Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan karet.
b)      Sterilisasi dengan cara stoom
Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
c)      Sterilisasi dengan cara panas kering
Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
d)     Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia
Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kena panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.
e)      Sterilisasi dengan radiasi
f)       Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat digunakan untuk mensterilkan jaringan yang telah diawetkan maupun jaringan segar. Untuk jaringan yang dikeringkan secara liofilisasi, sterilisasi radiasi dilakukan pada temperatur kamar (proses dingin) dan tidak mengubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu dan sangat efektif untuk membunuh mikroba dan virus sampai batas tertentu. Sterilisasi jaringan beku dilakukan pada suhu -40 derajat Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk diaplikasikan pada jaringan biologi.
g)      Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.  tidak bisa difiltrasi, tidak tahan panas dan tidak tahan radiasi atau cahaya.

5.   Desinfeksi

Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan kebanyakan organisme patogen pada benda atauinstrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair. Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Ø  Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
Ø  Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
Ø  Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
Ø  Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
Ø  Struktur fisik benda
Ø  Suhu dan PH dari proses desinfeksi

6.   Desinfektan

Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan. Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral. Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi dengan autoklaf


Nama : Irma Afianti
Akademi Kebidanan Sakinah Lumajang Tingkat 1.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

STRATEGI CUAN DARI YOUTUBE

STRATEGI CUAN DARI YOUTUBE
Pasti Cuan dijamin ampuh

CHATING DISINI YUK?

Header Ads Widget