Kumpulan Lengkap Artikel Asuhan Kebidanan Terbaru 2023

ASUHAN KEBIDANAN KB AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK DENGAN AMENORE | Artikel Kebidanan Terbaru 2022

 ASUHAN KEBIDANAN KB AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK DENGAN AMENORE 


ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY ” R” AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK DEPOPROGESTIN

DENGAN AMENOREA

DI PUSKESMAS KAMAL


 







        Disusun oleh :

DIANA NI’MATUL JANNAH

NIM P27824307047


DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BANGKALAN

2009









LANDASAN TEORI


I. PENGERTIAN

Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan pemakaian alat atau obat-obatan.

(Sinopsis obstretic, jilid 2 hal 255)

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent. Kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

(Keluarga Berencana, hal 35)

II. CARA KERJA KONTRASEPSI

Bermacam-macam tetapi pada umumnya :

Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi

Melumpuhkan sperma

Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma

(Manuaba. 1998: 444)

III. PEMBAGIAN CARA KONTRASEPSI

Pada umumnya cara / metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

1.   Metode sederhana

a.    Tanpa alat / obat 

Misal : senggama terputus, pantang berkala, system suhu basal, perpanjangan masa laktasi, dan pembilasan masa senggama.

b. Dengan alat / obat

Misal : Kondom, diafragma atau cap, spermatid, crem, jelly, dan cairan berbusa, dan tablet berbusa (vaginal tablet)

2. Metode efektif

a. Kontrasepsi efektif

Misal : - Suntikan KB : Depoprovera (setiap 3 bulan), norigeston (setiap 8 minggu), cyclofem (setiap bulan)

- Susuk KB : norplant (setiap 5 bulan), implant (3 tahun)

- Pil KB : Progesteron pil, pil KB kombinasi, pil KB sekuansial

b. Mekanis

Misal : AKDR (copper I, medusa, seren copper)

3. Metode kontrasepsi mantan (kontap)

a. Tubektomi pada wanita

b. Vasektomi pada pria

(Manuaba. 1998: 438)

IV. KONTRASEPSI SUNTIK

1.   Pengertian

Kontrasepsi suntik adalah suatu cara mencegah kehamilan dengan menyuntikkan secara berkala hormon progesteron dan estrogen ke dalam tubuh wanita. KB suntik di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman.

2. Jenis atau macam kontrasepsi suntik 

a. Kontrasepsi suntik progestin

1. Depo provera yang mengandung Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA), 150 mg / 3 cc  untuk 3 bulan.

2. Noristerat yang mengandung 50 mg Norentindron Enantat (Net-En), 200 mg / 1 cc  untuk 2 bulan

b. Kontrasepsi suntik kombinasi

1. cyclofem yang mengandung 50 mg Norentindron Enantat (Net-En) dan 5 mg Estrandiol, Valerat    satu bulan sekali

2. 25 mg Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA) dan 5 mg Estrandiol valerat

3. Kontraindikasi KB Suntik

- Hamil atau diperkirakan hamil

- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya

- Tumor atau keganasan

- Terdapat penyakit berat seperti jantung, paru-paru, kelainan pada hari, tekanan darah tingga, obesitas, diabetes, dll.

- Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

4. Keuntungan dan kerugian suntukan KB

Keuntungan :

   Pemberian sederhana, setiap 8 sampai 12 minggu

   Tingkat efektivitasnya tinggi

   Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

   Pengawasan media ringan

   Dapat dipakai – diberikan pasca persalinan, pasca keguguran / pasca menstruasi

   Sangat efektif sebagai kontraseosi karena angka kegagalan kurang dari 1 % (hampir sama dengan pil KB)

   Tidak mengganggu pengeluaran ASI dan tumbuh kembang bayi

   Suntikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi.

Kerugian :

   Perdarahan yang tidak menentu

   Terjadi amenorrhea (tidak datang bulan) berkepanjangan

   Masih terjadi kemungkinan hamil

Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB menghentikan suntikan KB

5. Pemberian suntikan KB

1. Pasca persalinan

  Segera ketika masih di rumah sakit

  Jadwal suntikan berikutnya

2. Pasca abortus

  Segera setelah perawatan

  Jadwal waktu suntikan diperhitungkan

3. Interval

    Interval dengan anak hidup minimal satu, sebelum hari ke 5 menstruasi

    Jadwal waktu diperhitungkan

6. Jadwal waktu suntikan

a. Depo provera : interval 12 minggu

b. Norigest : interval 8 minggu

c. Cyclofem : interval 1 minggu

7. Pemilihan calon peserta

      Ibu yang telah mempunyai anak hidup

      Tidak ada kehamilan

      Riwayat siklus haid teratur

      Tidak terdapat kontraindikasi

(Manuaba. 1998: 444)






DEPO PROVERA / DEPO GESTON


A. PENGERTIAN

Depo provera adalah Depo Medroxy Progesteron (DMPA) yang diproduksi oleh Amerika Serikat, kemasan satu botol berisi 3 ml @ 50 mg / ml.

(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 227)

B. CARA KERJA

1. Menghalangi ovulasi dengan jalan menekan pembentukan LHRF (Luteinzing harmone releasing hormone).

2.   Merubah lendir serviks menjadi kental sehingga menghambat penetrasi sperma

3. Menimbulkan perubahan pada evidometrium sehingga tidak memungkinkan terjadinya nidasi.

C. CARA PEMBERIAN

a. Waktu pasca persalinan (post partum), dapat diberikan suntikan KB pada  hari ke 3 – 4 PP.

b. Sesudah air susu ibu berproduksi atau sebelum ibu pulang dari rumah sakit.

c. 6 – 8 minggu pasca persalinan, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum melakukan hubungan seksual.

d. Pasca keguguran (post abortus)  dapat diberikan segera setelah selesai kuretase atau sewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit atau 30 hari pasca abortus, asal ibu belum hamil lagi.

e. Dalam masa interval diberikan pada hari 1 – 5 hari

Depo provera disuntikkan secara 1 M pada otot bokong (muskulus gluteal) agak dalam. Sebelum diberikan, kocok obat agak lama dulu sampai seluruh obat kelihatan betul-betul larut dan tercampur baik, suntikan diberikan sekali setiap bulan.

(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 227)

D. EFEKTIVITAS

Efektivitas tinggi, cara pemberiannya sederhana, cukup aman, kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama dan cocok untuk ibu-ibu sedang menyusui bayinya. Angka kegagalan 0 – 8 : 100 kehamilan.

(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 227)

E. EFEK SAMPING

a. Gangguan (bercak darah) dan menorabia

b. Spotting, sakit kepala

c. Mual

d. Berat badan bertambah

e. Kadang kala ibu mengeluh libido mengurang

f. Jerawat

g. Leukorea

(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 227).

F. PENANGANAN

1. Perubahan pola haid (menoraghia)

     Berikan informasi sehingga tidak perlu penngobatan khusus

     Bila puerlu diobati, pertama-tama berikan obat-obatan anti perdarahan seperti tablet daflon, aclona ACL, methergin, dll.

     Selanjutnya dapat diberikan tablet ignoral 0,05 – 0,1 mg per hari selama 7 – 10 hari atau pil kontrasepsi kombinasi sampai 6 minggu sesudah suntikan terdahulu atau tablet primalut IV, 5 mg 3 x 1 selama 3 hari.

     Perdarahan yang banyak dan tidak sembuh oleh pengobatan harus dilakukan kuretase

2. Amenorhea

      Yakinkan bahwa hal ini adalah biasa bukan merupakan efek samping yang serius

      Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorhea setelah masa siklus haid yang teratur.

      Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan bahwa haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati untuk kembali ke klinik.

      Bila terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan. Jelaskan bahwa hormone progestin tidak akan menimbulkan kelainan pada janin.

      Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.

      Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu hingga 3 – 6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

3. Perdarahan bercak (Spotting)

   Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan.

   1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30 – 35 mg etinil estradiol), ibu profen (sampai 800 mg, 3x / hari unntuk 5 hari) atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terhadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi / hari selama 3 – 7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 mg etinilestradiol atau 1,25 estrogen equen konjugasi untuk 14 – 21 hari.

4. Mual/ pusing / sakit kepala

Pastikan tidak ada kehamilan, bila hamil rujuk, bila tidak hamil informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.

5. Leukorea

   HE : bahwa progesteron merubah pH vagina sehingga jamur mudah tumbuh  keputihan

   HE personal hygiene daerah genetalia

   Metronidazae 3 x 500 mg / selama 5 hari.

6. Jerawat

   HE bahwa progesteron meningkatkan kadar lemak

   Kurangi makan makanan berlemak dan juga kebersihan wajah

   Ganti kontrasepsi lain (non hormonal)

7. Perubahan BB

      Pertambahan bervariasi + 4 – 5 kg dalam tahun pertama

      Penyebab penambahan BB tidak jelas

      BB naik  progesteron mempermudah perubahan KH  lemak   disimpan di bawah kulit. Peningkatan nafsu makan dan mengurangi aktivitas fisik.

      HE BB naik tidak pada setiap wanita

      Perubahan diet

      Ganti dengan kontrasepsi lain

8. Perubahan libido

   HE penyebab yakni reaksi tubuh terhadap progesteron dan estrogen

   Ganti cara dengan kontrasepsi non hormonal

(Sinopsis Obstetri. Jilid 2: 277-278)









DAFTAR PUSTAKA


Manuaba, Ida Bagus Gde, Prof. Dr. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC, 1998.

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC, 1998.

Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP Tridasa Printer, 2002.

Pelayanan KB Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Pusat. Pelatihan Klinik Sekunder, Jawa Timur, 2004.

YBP – SP. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta, 2003.















ASKEB TEORI

PADA AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK


I. PENGKAJIAN

A. DATA SUBJEKTIF

BIODATA

Nama

Nama penderita dan suaminya, ditanyakan untuk mengenal dan memanggil penderita dan tidak keliru dengan pemberita lain.

(Christina. Ibrahim: 84)

Umur 

Umur penting karena untuk menentukan prognosa. Sebagian besar klien KB berusia muda (16 – 35 tahun) dan umumnya sehat. Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan pemecahan di dapat pada umur sebelum 15 atau 40 tahun.

(Christina. Ibrahim: 84)

Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu / taraf kemampuan berfikir ibu, sehingga petugas kesehatan bisa menyampaikan / memberikan penyuluhan atau KIE pada pasien lebih mudah.

(Depkes RI: 14)

Pekerjaan

Yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri, untuk mengetahui bagaimana taraf hidup danm sosial ekonomi klien, agar nasehat yang diberikan sesuai.

(Christina. Ibrahim: 85)

Agama

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatanm klien. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan petugas kesehatan melakukan pendekatan di dalam melakukan asuhan kebidanan.

(Christina. Ibrahim: 84)

Alamat

Untuk mengetahui klien tinggal dimana. Menjaga kemungkinan bila ada klien yang namanya sama. Ditanyakan alamat, agar dapat dipastikan ibu yang mana yang hendak ditolong. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada klien.

(Christina. Ibrahim: 85)

1. Keluhan utama

Untuk mengetahui apakah penderita datang untuk memeriksakan keadaannya, adakah pengaduan-pengaduan penting antara lain :

    Ibu mengatakan ingin ikut KB

    Ibu mengatakan ingin mengatur jarak kehamilan

    Ibu mengatakan ingin tahu keuntungan dan kerugian pengguna KB

(Obstetri Fisiologi: 154)

2. Riwayat penyakit lalu

Meliputi penyakit yang pernah dialami dan pengobatan yang pernah dilakukan. Hal ini penting diketahui untuk melihat kemungkinan adanya penyakit yang menyertai dan yang dapat mempengaruhi program KB.

Yang dikaji adalah penyakit yang pernah diderita ibu, yaitu :

    Penyakit kronis seperti hipertensi, jantung, dan DM

    Penyakit akut seperti kanker payudara

    Penyakit menular seperti : PMS, HIV/AIDS, TBC

    Riwayat perdarahan

(Christina. Ibrahim: 86)

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

- Ditanyakan kehamilan untuk mengetahui fungsi sistem reproduksinya dan untuk mengetahui jumlah anaknya.

- Ditanyakan persalinan untuk mengetahui adanya penyulit yang dialami ibu pada waktu bersalin.

- Ditanyakan nifas untuk mengetahui adanya komplikasi yang terjadi pada masa nifas.

(Christina, Ibrahim: 85) 

4. Riwayat KB

Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah mengikuti KB suntik jenis kontrasepsi lain, efek samping, alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan kontrasepsi.

(Depkes RI: 20)

5. Riwayat menstruasi

      HPHT : ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu ada kemungkinan hamil

      Menarche   : terjadinya haid yang pertama kali untuk mengetahui sistem reproduksinya

      Siklus / lama : ditanyakan siklus haid karena pada pemakaian KB dapat terjadi pemanjangan atau pemendekan siklus haid

      Flour albus : ditanyakan apakah terdapat flour albus sebelum/selama haid, ditanyakan juga bau dan warnanya. Hal ini untuk mengetahui apakah ibu terkene penyakit seksual.

Riwayat menstruasi ditanyakan karena jika ada gangguan pada menstruasi merupakan kontraindikasi dari pemakaian KB.

(Pusdinnakes. 1993: 66)

6. Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.

(Depkes RI. 1995: 105)

7. Pola aktivitas sehari – hari

Personal hygiene

Untuk mengetahui hygiene ibu yang bertujuan untuk mempertahankan dan mempertinggi kesehatan ibu, untuk mencegah terjadinya infeksi, dikaji berapa kali mandi dang anti pakaian.

(Christina. Ibrahim: 158-160)

Seksualitas

    Ditanyakan karena dapat berpengaruh untuk terjadinya kehamilan.

    Dikaji ada masalah / keluhan dalam melakukan  hubungan seksual.

(Christina. Ibrahim: 156)

Aktivitas

Ditanyakan untuk mengetahui kegiatan – kegiatan yang dilakukan klien.

(Manuaba. 1998: 136-141)

Pola istirahat

Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. Dikaji lama, frekuensi tidur ada masalah atau tidak.

(Rustam, Mochtar. 1998: 60)

Nutrisi

Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan. Bahan makanan tidak perlu mahal. Tetapi cukup mengandung protein nabati dan hewani. Dikaji nafsu makan baik / cukup / menurun.

(Ilmu Kebidanan: 161)

8. Riwayat Psikososial

  Pasangan suami istri dapat dengan bebas dan mempunyai hak untuk menentukan berapa jumlah anak, kapan menginginkan punya anak, pemilihan kontrasepsi.

  Ditanyakan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat dan keluarga serta pandangan dan penerimaan keluarga serta materiil dan moril yang didapat dari keluarga.

(Depkes RI. 1995: 19)

C. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan yang lengkap dari klien untuk mengetahui keadaan/kelainan dari klien, membantu dalam penetapan diagnosa dan pengobatan meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, antropometri.

(Christina. Ibrahim: 90)

1. Keadaan Umum

Ditujukan untuk pemeriksaan pada postur tubuh, gerak tubuh dan eksprei wajah.

(Depkes. RI. 1995:19)

2. Kesadaran

- Composmentis : kejernihan pikiran, waras.

(Dorland: 251)

- Delirium                          : Gangguan mental yang berlangsung singkat ditandai dengan ilusi, halusinasi, kegairahan, kurang istirahat.

(Dorland: 295)

- Somnolen : tidak ada paksaan atau emosi.

(Dorland: 71)

- Koma                            : keadaan ketidaksadaran diri dimana penderita tidak dapat dibangunkan. 

(Dorland: 1027)

3. Tanda-tanda vital

    - Tekanan Darah : diukur dengan menggunakan tensimeter untuk mengetahui tekanan systole dan dyastole. (N: 110/70-130/80mmHg)

    - Denyut Nadi : diukur dengan menggunakan jam, ukuran denyut nadi dihitung berdasarkan frekuensi denyut/menit. (N: 80-90x/menit)

(Christina: 95)

    - Suhu : temperatur diukur dengan menggunakan termometer. (N: 36,5-37,5°C)

(Pusdinnakes. 2000: 67)

    - Respirasi : untuk mengetahui pernafasan pasien. (N: 16-20x/menit)

(Saifatlah Noer: 563)

4. Antropometri

    - Tinggi Badan : ibu dengan tinggi badan kurang dari 145cm, kemungkinan panggulnya sempit.

(Depkes RI. 1994: 11)

    - Berat Badan : penambahan BB yang normal pada pengguna KB adalah ± 4-5kg dalam tahun pertama.

B. Pemeriksaan khusus

a. Inspeksi

   Periksa pandang dari ujung rambut sampai ujung kaki secara berurutan ada hal yang abnormal yang ditemukan pada pemeriksaan.

Muka : apakah ibu pucat, oedema ataupun ada jerawat karena efek samping KB adalah timbulnya jerawat.

Mata : bentuk simetris, conjungtiva normal merah muda, bila conjungtiva pucat menandakan anemia, sklera normal berwarna putih bila kuning menandakan ibu terkena hepatitis.

(Depkes RI.2000: 19)

Mammae : mengetahui bentuk buah dada, adakah radang pada mamae

Abdomen : mengetahui apakah ada pembesaran pada perut untuk melihat adakah kemungkinan hamil, apakah ada jaringan parut bekas operasi.

Genetalia : keadaan perineum, varices, adakah kondiloma dan flour albus. 

(Sulaiman. S: 160)

Ekstrimitas : untuk mengetahui apakah kuku jari pucat/cyanosis, oedema maupun varices.

(Depkes RI. 1995: 22)


b. Palpasi

    Periksa raba untuk mengetahui adanya kemungkinan hamil dan kelainan pada organ reproduksi.

    Leher : apakah ada pembendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe.

    Axilla : apakah ada pembesaran kelenjar limfe.

(Obstetri Fisiologis: 160)

 Mamae : adakah radang pada mamae

 Abdomen : mengetahui apakah kemungkinan hamil, adakah nyeri tekan.

(Sulaiman. S: 160)


II. INTERPRETASI DATA DASAR

     Untuk mengidentifikasi masalah, diagnosa dan kebutuhan, data dasar menjadi masalah atau diagnosa spesifik terdiri dari:

Diagnosa :Diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek  kebidanan dan memenuhi standar nomen klatur ( Tata Usaha ) diagnosa kebidanan. 

(Pelatihan Manajemen ASKEB. 2003: 4)

- DX : Akseptor lama KB suntik depoprogestin dengan amenorea.

DS    : Data dari pasien yang didapat dari anamnesa.

(Pelatihan Manajemen ASKEB. 2003: 5)

o   Ibu ingin ikut KB.

o   Ibu pernah mengikuti KB sebelumnya.

DO         : hasil pemeriksaan fisik, diagnostik dan pendukung lain juga catatan medik.

(Pelatihan Manajemen ASKEB. 2003: 5)

Masalah : kumpulkan hal-hal yang tidak ada dalam nomenklatur kebidanan.

(Depkes RI. 1995: 6)

Kebutuhan : kegiatan yang mencakup tujuan dan langkag-langkah yang akan dilakukan bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien.                                   (Depkes RI. 1995: 10)

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

Langkah bidan mengidentifikasi masalah diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi, misalnya: gangguan haid berupa amenorhea, spotting dan menorhagia, penambahan BB. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman.

(Pelatihan Manajemen ASKEB: 3)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Baik untuk melakukan konsultasi kolaborasi tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.

 (Pelatihan Manajemen ASKEB: 4)

V. INTERVENSI

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2. Jelaskan pada ibu bahwa hal tersebut masih fisiologis selama perdarahan tidak berlebihan

3. Anjurkan ibu memakai kontrasepsi lain, jika ibu tidak dapat menerima keadaannya (amenorea)

4. Berikan suntikan 3 bulanan pada ibu

5. Berikan terapi pada ibu

6. Anjurkan ibu untuk kontrol ulang

VI. IMPLEMENTASI

o Rencana yang dilaksanakan harus berdasarkan prosedur tetap yang lazim digunakan.

o Melaksanakan asuhan secara efisien dan aman.

(Pelatihan Manajemen ASKEB: 5)

VII. EVALUASI

Langkah terakhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana bidan melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila diperlukan atau sebagai bahan peninjauan terhadap langkah – langkah didalam proses manajemen kebidanan sebelumnya oleh karena tindakan yang dilakukan oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil.

( DEPKES RI 1998 : 24 – 27 )






ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny. “R” AKSEPTOR LAMA

KB SUNTIK (DEPOPROGESTIN) DENGAN AMENOREA

DI PUSKESMAS KAMAL

Tanggal :  12 Januari 2009

Pukul : 19.00WIB

I. PENGKAJIAN

A. BIODATA

Nama Ibu : Ny. “R” Nama suami : Tn. “M”

Umur : 28 tahun Umur : 35 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Daman Alamat : Daman


B. DATA SUBYEKTIF

1. Keluhan utama

Ibu datang ke rumah bidan dan mengatakan telah ikut KB suntik 3 bulanan dan mengatakan tidak haid, ibu mengatakan anak terkecil berusia 5 tahun

2. Riwayat penyakit lalu

a. Riwayat penyakit ibu

      Ibu tidak pernah mengalami keputihan, perdarahan bukan haid, pusing, sesak.

        Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis seperti : hipertensi, jantung, DM.

      Ibu tidak pernah menderita penyakit akut seperti : kanker payudara

      Ibu tidak pernah punya riwayat perdarahan.


b. Riwayat penyakit keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang pernah menderita penyakit hipertensi, jantung, DM, asma, hepatitis, HIV/AIDS.

3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Kehamilan Persalinan Nifas Ket

Kehamilan Usia kehamilan Jenis Penolong Tempat JK A-S BB PB Penyulit Mx Laktasi

I 9 bl Spt B bidan BPS L - 3,1 kg 49 cm - - - H: 5 th


Riwayat KB

Ibu mengatakan ikut KB 3 bulanan selama 3 tahun terakhir ini dan ingin meneruskan KB tersebut


5. Riwayat Menstruasi

HPHT : -

Menarche : 13 tahun

Siklus / lama : 28 hari / 7  hari

Dysminorhea : tidak

Flour albus : tidak

6. Riwayat perkawinan

Status : kawin

Berapa kali : 1 x

Lama : 7 tahun

Usia saat kawin : 21 tahun

7. Pola aktivitas sehari-hari

1. Personal hygiene : Ibu mandi 2 x sehari, keramas 2 hari sekali dan gosok gigi 2x sehari, ganti celana dalam tiap kali mandi.

2. Seksualitas : Suami tidak terganggu dengan perdarahan sedikit-sedikit yang dilami ibu.

3. Aktivitas : Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mengerjakan pekerjaan rumah ntangga seperti : memasak, menyapu, mencuci.

4. Pola istirahat : Ibu tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1 jam

5. Nutrisi : Ibu makan 3 x sehari porsi cukup yang terdiri dari nasi, sayuran, ikan dan terkadang makan buah dan minum 7 – 8 gelas perhari

8. Psikososial

- Ibu ingin ikut KB karena ingin bisa mengatur jarak kehamilan 

- Suami sangat mendukung jika istrinya ingin mengikuti KB.

- Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.


C. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

    Keadaan umum : baik

    Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

      Tensi : 110 / 80 mmHg

      Nadi : 84 x / menit

      Suhu : 365 oC

      Respirasi : 20x / menit

Antropometri

      BB : 49 kg

      TB : 158 cm

2. Pemeriksaan khusus

Inspeksi

  Muka : Tidak pucat, tidak oedem, tidak ada jerawat

  Mata : conjungtiva tidak anemis, sclera tidak icterus

  Mulut : tidak cyanosis, tidak stomatitis, tidak epulis, tidak caries

  Telinga : tidak ada serumen, tidak OMP

  Mammae : tidak ada radang, bentuk payudara simetris

  Abdomen : tidak ada pembesaran

  Genetalia   : bersih, tidak ada leukorea, tidak ada varices

  Ekstrimitas : tidak oedema, tidak varices. 

Palpasi

  Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.

  Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

  Mammae : tidak terdapat benjolan abnormal, tidak ada pengeluaran ASI

  Abdomen : tidak terdapat benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan adneksa kanan dan kiri


II. INTERPRETASI DATA DASAR

DX: Akseptor lama KB suntik depoprogestin dengan amenorea.

DS : - Ibu mengatakan sudah pernah mengikuti KB suntik 3 bulanan

- Ibu mengatakan anak terkecil berusia 5 tahun

 DO :

    Keadaan umum : baik

    Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

      Tensi : 110 / 80 mmHg

      Nadi : 84 x / menit

      Suhu : 365 oC

      Respirasi : 20x / menit

Antropometri

      BB : 49 kg

      TB : 158 cm

Inspeksi

  Muka : Tidak pucat, tidak oedem, tidak ada jerawat

  Mata : conjungtiva tidak anemis, sclera tidak icterus

  Mulut : tidak cyanosis, tidak stomatitis, tidak epulis, tidak caries

  Telinga : tidak ada serumen, tidak OMP

  Mammae : tidak ada radang, bentuk payudara simetris

  Abdomen : tidak ada pembesaran

  Genetalia   : bersih, tidak ada leukorea, tidak ada varices

  Ekstrimitas : tidak oedema, tidak varices. 

Palpasi

  Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.

  Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

  Mammae : tidak terdapat benjolan abnormal, tidak ada pengeluaran ASI

  Abdomen : tidak terdapat benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan adneksa kanan dan kiri

Masalah : kurang pengetahuan tentang KB suntik

Kebutuhan : konseling tentang tentang KB suntik


III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL

-

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

-

V. INTERVENSI

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

R : Agar ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan

2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan yang dirasakan ibu

R : Agar ibu mersa tenang dan mengerti akan masalah yang dihadapi

3. Tanyakan kembali pada ibu apakah masih tetap akan melanjutkan KB suntik depoprogestin

R : Untuk memastikan apakah ibu tetap mau melakukan suntik KB

4. Lakukan tindakan penyuntikkan KB 

R : Memenuhi keinginan pasien

5. Beritahu ibu untuk kembali yaitu pada tanggal kembali atau sewaktu-waktu jika ada keluhan

R : Agar ibu segera mendapatkan pelayanan, penanganan dan pengobatan yang tepat 

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal : 12 Januari 2009

Jam : 19.10 WIB

1.      Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sehat dan tetap boleh menggunakan suntik KB depoprogestin

2.      Menjelaskan pada ibu tentang keluhan tidak haid kemunngkinan besar karena kurangnya adekuat efek estrogen terhadap endometrium tergantung kondisinya :

Cara mengatasinya :

  Bila tidak hamil pengobatan apapun tidak perlu, beri penjelasan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim

  Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan dilanjutkan

  Anjurkan terapi lain

3.      Menanyakan kembali pada ibu apakah ibu tetap akan melanjutkan KB suntik depoprogestin atau mau menggunakan kontrasepsi lain

4.      Melakukan tindakan penyuntikkan KB (DMPA)

Langkah-langkah :

 a.       Persiapan alat

  Spuit

  Obat suntik KB (DMPA)

  Kapas alkohol

  Tensimeter

  Timbangan

b.      Cara kerja :

  Timbang pasien

  Ukur tekanan darah

  Mengatur posisi pasien untuk melakukan suntikan di daerah gluteal

  Mengocok dengan baik obat hingga tercampur

  Membuka penutup vial

  Mengencangkan jarum suntik pada spuit

  Membuka kemasan jarum suntik

  Membuka penutup jarum suntik kemudian tusukkan ke dalam vial melalui penutup karet, masukkan obat ke dalam tabung suntik

  Mencabut jarum suntik, pegang secara vertikal krmudian buang udaranya

  Mengusapkan kapas alkohol dengan gerakan melingkar keluar

  Menyuntikkan obat DMPA, melakukan aspirasi jika tidak ada darah yang keluar maka semprotkan obar secara perlahan sampai seluruh obat habis.

  Mencabut jarum suntik, kemudian masase dengan kapas alkohol

  Membuang jarum suntik ke tempat samapat medis

5.      Memberitahu ibu untuk kembali yaitu pada tanggal suntik kembali atau sewaktu-waktu jika ada keluhan seperti :

  Timbul abses akibat pembengkakan tempat penyuntikkan

  Perdarahan bercak yang 2x lebih banyak dalam satu masa haid

Bila terjadi hal-hal tersebut maka dianjurkan segera datang ke tenaga kesehatan


VII. EVALUASI

Tanggal : 12 Januari 2009

Jam : 19.30 WIB

Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan kepadanya tentang amenorea yang dialaminya. Hal ini terbukti dengan ibu bisa mengulang penjelasan yang diberikan oleh bidan dengan baik dan benar. Ibu juga bersedia untuk kontrol ulang/kembali datang untuk suntik pada tanggal 5 – 4 - 2009 atau apabila ada keluhan lain.



Share:

0 komentar:

Post a Comment

STRATEGI CUAN DARI YOUTUBE

STRATEGI CUAN DARI YOUTUBE
Pasti Cuan dijamin ampuh

CHATING DISINI YUK?

Header Ads Widget